14.7.08

Cerdas part 1

Ada tiga tipe manusia, yang cerdas, yang kurang cerdas, dan yang tidak cerdas.

Bila diumpamakan, orang tidak cerdas mungkin akan lebih menyukai acara semacam srimulat, tuyul mbak yul (masih ada lho di tipi), dan sebangsanya dimana mereka menonton tanpa perlu berpikir.

Orang kurang cerdas mungkin akan lebih menyukai acara infotainment (bener gak sih nulisnya?), sinetron, telenovela, dan lainnya yang mereka bisa mengikuti, ikut melihat dan berpikir, entah kelanjutan ceritanya maupun ending ceritanya nanti.

Sedang orang cerdas mungkin akan menonton acara yang emang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya saat itu, mulai dari talkshownya tukul sampai talkshownya oprah. Mungkin. Tapi selain itu mereka juga mengikuti berita, dalam-luar negeri, sampe lawak maupun wayang orang.

Itu definisi ala televisi.

Buat aku sendiri, orang yang menyenangkan belum tentu orang yang cerdas, dan sebaliknya, orang yang cerdas belum tentu menyenangkan. Tergantung lagi mood yang mana, kumpul sama orang cerdas dengan resiko jadilah sama cerdasnya, atau kumpul sama orang tidak cerdas yang menyenangkan-sampai batas tertentu- dan akhirnya menjadi menyebalkan.

Tapi kebanyakan aku lebih suka kumpul sama golongan pertama. Wise choice, isn't it?
Begitulah.

Beberapa waktu yang lalu waktu lagi demen2nya maen RPG di PS (yang jadi bibit aku suka bahasa inggris n nilai ebta jeblok T_T) ada gambaran tentang orang-orang di sekitarku dengan tokoh2 dalam RPG tadi. Dimana orang-orang yang cerdas akan menjadi tokoh yang kalo diajak bicara akan keluar gambar wajah dengan nama dan, BEWARNA! Sedangkan di luar orang-orang cerdas tadi, mereka akan menjadi sekadar tulisan alias pemeran figuran, dimana tanpa mereka cerita tidak akan berjalan, tapi keberadaan mereka pun juga bukan yang utama.

Dengan sendirinya orang-orang yang aku kenal akan memiliki warna mereka sendiri dalam pikiranku. Dan mereka akan menjadi orang-orang yang meninggalkan bekas mendalam dalam hati n hidupku, alias lebih lama lupanya daripada nglupain tokoh-tokoh lain yang tidak berwarna.

Mungkin aku sendiri untuk sebagian orang menjadi tokoh bewarna dalam hidup mereka, dan untuk sebagian lainnya aku cuma sebaris kata-kata yang Tuhan taruh di tengah perjalanan mereka. Kenapa tidak? Toh masing-masing kita punya peran sendiri dalam dramanya Tuhan.

Kadang kita merasa useless jadi orang, padahal di sisi lain kita tidak tahu betapa kita pernah menjadi berkat buat orang lain, baik disadari ato enggak. Mungkin ini cuman sekadar pemikiran sentimentil iseng aja, hehe, tapi somedaylah, kayak deja vu sewaktu baca tulisan2 yg dulu aku buat di diary lamaku, kayak bukan aku yg nulis, n cerita2 didalamnya jadi lebih menarik, lebih menyatu, dan membuat tersenyum. Meski gak sedikit yang bikin aku ngerasa, gila, melankolis banget yah, hehe..

June 01, 2007

Tidak ada komentar: