19.8.08

Petit Prince - Antoine de Saint-Exupery


Td malem sekali lagi aku baca buku ini, The Little Prince, n emang g pernah bosen ngebacanya.

Sebagian mau aku tulis d sini (hehe, moga2 g melanggar hak cipta n temen2nya :p)

VIII
Aku segera tahu lebih banyak tentang bunga ini.
Bunga-bunga di planet pangeran kecil selama ini biasa-biasa saja. Dihiasi hanya oleh sederet daun bunga, bunga-bunga itu tidak menyita tempat dan tak merepotkan siapapun. Mereka akan muncul suatu pagi di tengah rerumputan, dan sorenya sudah layu. Tapi suatu hari ada bunga lain yang muncul, dari benih yang diterbangkan entah dari mana, dan si pangeran kecil mengamati dengan teliti benih yang baru tumbuh ini, yang sama sekali berbeda dari yg lain. Bagaimanapun, siapa tahu benih ini baobab jenis lain.
Tetapi semak ini segera berhenti tumbuh dan mulai bersiap-siap menjelmakan bunga. Pangeran kecil mengamati tumbuhnya satu kuncup besar, yakin bahwa ini akan diikuti munculnya sesuatu yang luar biasa. Meskipun demikian, tersembunyi dalam kamarnya yang hijau, bunga ini menghabiskan waktu lama sekali menyiapkan diri agar cantik. Dia memilih warnanya dengan hati-hati. Dia berdandan pelan-pelan, mengatur kelopaknya satu demi satu. Dia tak ingin muncul di dunia dengan wajah kusut, seperti bunga liar, dia hanya ingin muncul dalam kecantikannya yang sempurna. Betul! Dia sangat genit! Persiapannya yang misterius perlu waktu berhari-hari. Kemudian pada suatu pagi, tepat pada saat matahari terbit, dia mendadak memperlihatkan diri.
Dan setelah bekerja keras dengan begitu teliti, dia hanya berkata seraya menguap,
"Oh! Aku belum sepenuhnya terbangun.. Kau harus memaafkanku.. Aku masih berantakan.."
Mendengar ini pangeran kecil tak bisa menahan kekagumannya.
"Betapa cantiknya kau!"
"Cantik, bukan?" timpal si bunga dengan manis.
"Dan aku dilahirkan pada saat bersamaan dengan matahari.."
Pangeran kecil segera saja menyadari bahwa bunga ini sama sekali tidak rendah hati-tapi betapa memukaunya dia!
'Tentu sekarang sudah waktunya sarapan," katanya singkat. "Maukah kau berbaik hati melayaniku?"
Dan si pangeran kecil, sangat malu, mengambil penyiram tanaman berisi air sejuk dan melayani bunga itu.
Begitulah awal dia menyiksa pangeran kecil dengan kesombongannya.
Pada suatu hari, misalnya, membicarakan keempat durinya, dia berkata kepada pangeran kecil,
"Biarkan saja mereka datang, harimau-harimau, dengan cakar-cakar mereka."
"Tak ada harimau di planetku,"pangeran kecil menyela. "Lagipula - harimau tidak memakan rerumputan."
"Aku bukan rumput," gumam si bunga dengan manis.
"Maafkan aku.."
"Aku pun sama sekali tak takut pada harimau, tetapi aku memang ngeri pada kekeringan. Kau tak punya tabir yang bisa kupakai?"
"Ngeri pada kekeringan? Itu memang bencana bagi tanaman," komentar pangeran kecil. Lalu dia menambahkan pada dirinya sendiri, "Bunga ini sangat rumit."
"Pada sore hari kau boleh menyelubungiku dengan kubah kaca. Dingin sekali planetmu. Tak ada yang menyenangkan. Di tempat asalku.."
Dia berhenti mendadak. Karena dia datang dalam bentuk benih, dan tak mungkin tahu apapun tentang dunia lain. Malu karena telah membiarkan dirinya nyaris tertangkap basah saat akan mengatakan kebohongan yang begitu naif, dia berdeham dua atau tiga kali, membuat si pangeran kecil merasa bersalah.
"Tabirnya...?"
"Aku tadi mau mengambilnya, tetapi kau mengajakku bicara!"
Mendengar komentar ini si bunga berdeham sekali lagi, supaya si pangeran kecil tetap merasa bersalah.

Begitulah, maka si pangeran kecil, meskipun mencintainya dengan iktikad baik, tak lama kemudian mulai meragukan bunganya ini. Dia menanggapi dengan sungguh-sungguh ucapan2 si bunga yang tak berarti, dan itu membuatnya sangat tidak bahagia.
"Aku seharusnya tidak mendengarkannya," dia mencurahkan perasaannya kepadaku suatu hari. "Jangan pernah mendengarkan bunga. Yang harus kaulakukan hanyalah memandang dan menghirup keharuman mereka.
Bungaku mengharumkan seluruh planetku, tetapi aku tidak bisa menghargainya. Semua omong kosong tentang cakar itu, yang bagiku sangat menjengkelkan, seharusnya membuatku terharu dan semakin menyanyanginya."
Dia meneruskan curahan hatinya,
"Di masa itu tak ada yang kumengerti! Aku seharusnya menilai dia dari perbuatannya dna bukan kata-katanya. Dia menguarkan keharumannya di sekelilingku dan mencerahkan hidupku. Aku seharusnya tidak melarikan diri! Aku seharusnya bisa menebak kelembutan di balik muslihat2 kecilnya. Bunga sungguh sangat kontradiktif! Tetapi aku masih terlalu muda sehingga belum tahu bagaimana mencintainya."


Tulisan yg deep yah? Hehe..
Buat aku sih sang penulis lagi nulis penyesalannya atas seorang wanita yang pernah ada di masa lalunya.
Tapi bagus kan kata2nya, ..yang harus kaulakukan hanyalah memandang dan menghirup keharuman mereka..

Lanjut!

X
...
Planet pertama dihuni seorang raja. Berselubung baju merah-ungu dan cerpelai, raja ini duduk.. diatas singgasana yang meskipun sangat sederhana tetapi agung.
"Ah! Ini dia ada rakyat datang,"seru si raja ketika melihat pangeran kecil.
Dan pangeran kecil bertanya dalam hati,"Bagaimana dia bisa mengenaliku, padahal dia belum pernah melihatku?"
Pangeran kecil tidak tahu bahwa bagi para raja, dunia ini sangat sederhana. Semua orang selain dirinya adalah rakyat.
...


Yup, inilah salah satu tipe manusia. Manusia2 yang memandang dan menempatkan dirinya terlalu jauh diatas manusia2 lainnya, tipe orang yg suka memandang rendah orang lain.
Aku akan selalu mencoba menjaga jarak dengan tipe orang kayak gini.

Lanjut lagi!

XI
Planet kedua dihuni oleh seorang yang sangat angkuh.
"Eh! Eh! Ini dia datang pengagum mengunjungiku," seru si orang angkuh dari kejauhan, begitu dia melihat pangeran kecil. Karena bagi si orang angkuh, semua orang lain adalah pengagumnya.
"Selamat siang," kata pangeran kecil. "Topi yang kau pakai lucu."
"Ini untuk memberi salam," jawab si orang angkuh.
"Untuk memberi salam jika orang menepukiku. Sayangnya tak pernah ada orang lewat sini."
"Oh, begitu?" kata pangeran kecil, yang tak sepenuhnya mengerti.
"Tepuklah tanganmu satu sama lain," si orang angkuh sekarang memberinya perintah.
Pangeran kecil menepukkan tangannya, satu sama lain. Dan si orang angkuh memberi salam dengan rendah hati, seraya mengangkat topinya.
...

XII
Planet berikutnya dihuni oleh seorang peminum. Kunjungan ini sangat singkat, tetapi membuat pangeran kecil sangat murung.
"Kau sedang apa?" katanya kepada si peminum yang ditemukanny duduk diam di depan kumpulan botol kosong dan kumpulan botol berisi penuh.
"Aku sedang minum," kata si peminum dengan nada merana.
"Kenapa kau minum?" tanya si pangeran kecil.
"Untuk melupakan," jawab si peminum.
"Untuk melupakan apa?" pangeran kecil, yang sudah mulai merasa kasihan padanya, ingin tahu.
"Untuk melupakan bahwa aku malu," si peminum mengaku, kepalanya menunduk.
"Malu karena apa?" desak si pangeran kecil, dia ingin menolong si peminum.
"Malu karena minum!" si peminum menyimpulkan lalu kembali diam.
Dan pengeran kecil pergi, kebingungan.
"Orang dewasa jelas amat sangat aneh,"katanya kepada diri sendiri seraya melanjutkan perjalanannya.

XIII
Planet keempat milik seorang pengusaha.
...
"Bukan. Benda-benda kecil keemasan yang membuat pemalas melamun. Tetapi aku orang yang serius! Aku tak punya waktu untuk melamun!"
"Ah, maksudmu bintang-bintang?"
"Betul. Bintang-bintang."
"Dan apa yang bisa kaulakukan dengan lima ratus satu juta bintang?"
"Lima ratus satu juta enam ratus dua puluh dua ribu tujuh ratus tiga puluh satu. Aku orang yang serius dan suka ketepatan."
"Dan apa yang kaulakukan dengna bintang-bintang ini?"
"Apa yang kulakukan?"
"Ya."
"Tak ada. Aku memiliki semua bintang itu."
"Kau memiliki bintahg-bintang itu?"
"Ya."
"Tetapi aku baru bertemu raja yang.."
"Raja tidak 'memiliki'. Raja 'memerintah'. Itu sangat berbeda."
"Dan apa gunanya bagimu memiliki bintang-bintang itu?"
"Gunanya untuk membuatku kaya."
"Dan apa gunanya jadi kaya?"
"Untuk membeli lebih banyak bintang, kalau ada lagi bintang yang ditemukan."
"Orang ini," kata pangeran kecil kepada dirinya sendiri," cara berpikirnya sedikit mirip si peminum tadi."
Meskipun demikian, pangeran kecil masih punya beberapa pertanyaan lagi.
"Bagaimana kau bisa memiliki bintang-bintang ?"
"Bintang-bintang itu siapa yg punya?" tukas si pengusaha kesal.
"Aku tak tahu. Tak ada yang punya."
"Kalau begitu mereka milikku, karena aku yang punya ide ini lebih dahulu."
"Cukup begitu saja?"
"Tentu saja. Kalau kau menemukan berlian yang bukan milik siapa-siapa, berlian itu menjadi milikmu. Jika kau menemukan pulau yang bukan milik siapa-siapa, pulau itu milikmu. Jika kau orang pertama yang punya ide, kau mematenkan idemu itu dan ide itu milikmu. Dan bintang-bintang itu milikku,karena tak seorang pun sebelumnya pernah memikirkan untuk memiliki mereka."
"Itu memang benar," kata pangeran kecil. "Dan apa yang kaulakukan dengna bintang-bintang itu?"
"Aku mengurusnya. Aku menghitung dan menghitung ulang mereka," kata si pengusaha. "Itu pekerjaan berat. Tetapi aku orang yang serius."
Pangeran kecil belum puas.
"Seandainya aku punya syal," katanya,"aku bisa memakainya disekeliling leherku dan membawanya bersamaku. Jika aku punya bunga, aku bisa memetik bungaku dan membawanya bersamaku. Tetapi kau tidak bisa memetik bintang-bintang."
"Memang tidak, tetapi aku bisa menyimpannya di bank."
"Apa maksudnya itu?"
"Itu berarti aku menuliskan jumlah bintang-bintang yang kumiliki di atas sehelai kertas. Kemudian kertas itu kusimpan dalam laci terkunci."
"Cuma begitu?"
"Itu sudah cukup."
"Lucu juga,"pikir si pangeran kecil. "Malah agak puitis, tapi tidak terlalu serius."
...

XIV

... (Planet ini dihuni sebatang lampu jalanan dan seorang pekerja yang tugasnya menyalakan dan memadamkan lampu. Tetapi karena rotasi planet yang semakin cepat, dia menyalakan danmematikan lampu itu tipa menitnya.)

XV

... (Planet ini dihuni seorang pria tua yang menulis di buku-buku besar. Dia seorang geografer tetapi tidak pernah pergi sekalipun untuk melihat langsung apa yg dia tulis. Dia menyerahkan tugas itu kepada para penjelajah.)

XVI
Maka planet ketujuh yang dikunjunginya adalah Bumi.
Bumi bukanlah sembarang planet. Diantara penghuni-penghuninya ada seratus sebelas raja (tentu saja, raja-raja Negro jangan dilupakan), tujuh ribu geografer, sembilan ratus ribu pengusaha, tujuh setengah juta peminum, tiga ratus sebelas juta orang angkuh.. Dengan kata lain, ada kira-kira dua miliar orang dewasa.
...



Dan, buku ini harusnya membuat kita berpikir, siapa kita, apa kita termasuk orang yg angkuh, atau pengusaha yg sia-sia, atau bahkan pekerja yang menyalakan dan mematikan lampu jalanan.
Dari semua jenis orang yg telah ditemui di planet2 itu, dalam buku ini pangeran kecil digambarkan lebih bersimpati pada si pekerja, yang sehari-hari hanya bekerja menyalakan dan mematikan lampu yang merupakan tugasnya. Kenapa?
Hehe, menurut aku mungkin karena dia satu2nya orang yang tau benar apa pekerjaannya dan mengapa dia bekerja. Tidak seperti tipe orang lain yang memang sudah menjadi sifat dasarnya.

Aku kenal orang tipe si raja.
Ada juga temanku yang tipe orang angkuh.
Ada juga yang mirip dengan si peminum.
Banyak temanku yg unik2, hehe.

Aku sendiri berusaha menjadi bagian dari "orang dewasa" ini. Gak gampang emang, dimana sifat alami manusia (bermain dan bersenang-senang) harus ditekan sampai ke titik rendah yg bisa supaya kita bisa diterima.

Kalau aku, biar dah ada marvel, masih belom merasa dewasa tuh, hehe. Misal, kalo roi pulang dari mana gitu, kadang aku suka sembunyi di suatu tempat dirumah buat dicari, haha, pasti kebanyakan orang nganggap kelakuanku tuh kekanak-kanakan banget. Tapi aku seneng, roi seneng (meski banyak kagetnya) hahaha..
Bahagia tidak bisa dinilai dari apa kata orang.
Bahagia tuh dirasa diri kita sendiri.

...Ketika kau mendeskripsikan seorang teman baru kepada mereka, mereka tak pernah menanyakan padamu hal-hal yang penting. Mereka tak pernah bertanya, "Seperti apa suaranya? Apa permainan favoritnya? Apakah dia mengoleksi kupu-kupu?" Bukannya bertanya begitu, mereka malah menuntut,"Berapa umurnya? Berapa banyak kakak dan adiknya? Berapa beratnya? Berapa penghasilan ayahnya?" Jika sudah bertanya begitu, barulah mereka merasa mengenal teman barumu...

Baca deh buku ini, ditulis tahun 1943, tapi isinya "abadi".

Tidak ada komentar: