7.12.10

marvellicious

Dihadapkan pada kerabat yang datang dari keluarga besar dan berkumpul di suatu tempat, tepatnya di rumah mama tadi siang dalam rangka acara lamaran sodari saya, bikin beberapa buah pikiran muncul.

Ya, sempat 'tertangkap' sebentar dan membahas masalah marvel yang telat bicara. Uhuk.
Dapat banyak masukan. Beneran banyak. Hehe, dan emang semuanya masuk akal. Meski ga semuanya mudah untuk dijalaninnya.

Misal Akupuntur!
Nah nah nah, mama yang langsung nyeletuk 'sama mamanya ga boleh'
Betul betul betul.
Jangan coba coba tusuk tusuk anak saya pake jarum dengan alasan yang belum terjamin pasti dalam bidang medis tadi.
Yah, dokter juga ciptaan Tuhan tau :)

Mamanya sering ngajak omong di rumah!
Hmm
Kalo tiap hari, maksudnya TIAP HARI, pagi sampe malem sampe pagi lagi sampe malem lagi 95% cuman berdua sama mamanya, apalagi yang mau diobrolin, hiks.
Udah bukan tipe orang yang suka ngomong, ngomong juga seadanya ama anak. Ada barang apa, diceritain ke anak. Ada larangan ini itu, diomongin ke anak. Anak nakal, dimarahin juga trus dibilangin. Mau tidur, diajarin doa juga. Mau makan, udah ditanya ato diceritain tentang menu makan hari itu juga. Anak ngelakuin apa yang disuruh dengan baik, dikasih pujian dan pelukan. Anak mulai berulah, diingatkan dan sebagainya.
Komunikasi S.T.A.N.D.A.R...
Jangan minta aku ngomong gaya bayi di depan anakku please. Kayak calon-calon istri yang menarik perhatian para mertua :)
Lagian aku percaya ama pendapat para ahli supaya jangan membiasakan bahasa 'bayi' meski sedang bicara dengan bayi. *Juga dengan anjing (katanya mereka ga suka itu) hehe*
Plus udah konsul ke dokter ama ahli psikolog dan mereka menyarankan untuk membaurkan anak saya dengan anak-anak lain yang seumuran, otomatis anak akan terangsang untuk bereaksi seperti teman-temannya, niscaya diharapkan dapat berkembang seperti teman-teman lainnya.
Eh dibilang : Dimana-mana itu adanya BAHASA IBU. Mana ada BAHASA AYAH, BAHASA TEMAN-TEMAN.. Ya mamanya yang mestinya ngajarin..
Iya aja deh.. (Udah komitmen jadi orang lebih sabar di ultah yang ke26 kemaren T_T)
Belum di rumah kerjaan juga ga dikit, maaf, bukan 24 jam nganggur seperti yang mereka bayangkan tentang ibu rumah tangga =o=
Gak gampang beneran lho jadi StayHomeMom gini.
Udah 'mengorbankan' masa muda, 'mengorbankan' kemungkinan berkarir, 'mengorbankan' kemampuan, 'mengorbankan' masa depan sendiri demi keluarga, wuih, bahkan di agama tertentu pekerjaan ibu rumah tangga disebut suatu perbuatan mulia (yeah, wow kk wow)
Dan sementara ini belum nemuin tempat tinggal yang bisa otomatis membersihkan dirinya sendiri dan memenuhi kebutuhan makhluk-makhluk di dalamnya.. *sinis sinis sinis*
Ya, saya ga rela jadi ibu rumah tangga. Karna itu, hargailah pengorbanan saya! :)
Jadi, mesti gimana lagi?
*tipe beluga, bukan tipe ikan kecil-kecil penggerombol*

Pendapat yang lebih ahli dan pengalaman sih bilangnya," lebih baik anak-anak belajar dari anak-anak juga. Jauh lebih efektif dibandingkan anak-anak dipaksa duduk dengan satu orang dewasa untuk belajar."
Kata mereka yang untuk berpendapat aja kitanya harus bayar sih begitu..
Hehe

Sekolahin aja!
Iya, emang udah rencana mo sekolah playgroup di ajaran tahun kemaren, cuman mama udah bilang ga setuju, papa dan cc juga, dan akhirnya NURUT untuk tidak memasukkan marvel ke sekolah dulu.
Eh, tadi gosipnya jadi muter. Katanya aku yang ga bolehin masuk sekolah taon kemaren. Haizz..
Udah gitu usulan untuk masukin sekolahnya canggih-canggih lagi. Jadi terpojok.
Pengen sih pengen banget masukin anak ke sekolah yang paling bagus paling ciamik paling yahut.
Apa daya ga semua keinginan selalu bisa terpenuhi.
Kenapa?
Karena tiap keinginan manusia SELALU berbatasan dengan keinginan MANUSIA LAINNYA.
Masukin sekolah A aja.
Dalam hari membatin, iya, sekolah yang ngetop reputasinya dengan mama-mama gaul yang lomba pamer mobil ama bebisiter dan lain-lainnya. Nope, aku ga mau anakku gede dengan landasan you are what you have. Suer.
Masukin sekolah B aja.
Hmm, pernah nanya, sekali daftar 8-9jutaan, untuk sekolah yang sehari cuman sejam dua jam. Mending simpen tuh duit, ato puterin buat kerja, buat bekal anakmu nantinya ga usah kerja seumur umur deh.. (ya di jaman sekarang mesti pinter-pinter membandingkan antara KUALITAS sama HARGA)
Masukin sekolah C ini lho.
Ya, ya, ya, terserah deh.
Hehehehe

Susahnya jadi orang tua.

Ini pulang di rumah jadi beban pikiran.
Googling, dapet artikel lumayan pas di http://dannyprijadi.wordpress.com tentang keterlambatan bicara anak usia lebih dari 3 tahun.
---------------------------------
Banyak sekali Mommies baik yang berdomisili di dalam maupun di luar negeri yang berusaha agar anak- anak mereka jangan sampai telat kemampuannya dalam berbicara. Rupanya, penggunaan bahasa kedua di luar bahasa Ibu yang semakin membudaya, seiring dengan banyaknya TBA atau play-group yang mengajarkan bahasa Inggris di Ibukota dan sekitarnya, menambah rasa ingin tahu para Mommies mengenai Speech Delay.

Sementara bagi Mommies yang berdomisili di luar negeri masalah ini menjadi tantangan utama karena bahasa yang dipakai di dalam rumah, dengan bahasa di luar rumah dan televisi berbeda, sehingga seringkali anak-anak memerlukan waktu hingga dapat berbicara secara lancar dalam masing-masing bahasa.

Seorang Mommy yang mempunyai anak berumur 22 bulan, mengeluh karena sampai seumur ini baru bisa berbicara satu dua tiga patah kata. Mommyyang sudah khawatir sejak lama, sudah memeriksakan anak tercinta ke berbagai dokter dan klinik di Jakarta. Dari Klinik Tumbuh Kembang di RS Bunda, Play-Art Gymboree, Klinik TUmbuh Kembang THT Proklamasi, Speech Therapy Kemang, Klinik Tumbuh Kembang RS Pondok Indah, kesemuanya memberikan komentar yang berbeda. Meskipun DSAnya menyatakan bahwa keseluruhan evaluasi anak baik, sang Mommy masih merasa khawatir. Speech therapisnya hanya mengatakan bahwa sang anak memerlukan latihan dan stimulasi. Sedangkan seorang dokter di RS PI mengatakan hanya memerlukan kelas behavior bagi anak
di bawah umur 3 tahun. Kelas speech therapy baru diperlukan bila usia anak sudah melebihi 3 tahun namun masih belum bisa berbicara. Sementara banyak yang menyarankan sang Mommy untuk memasukkan anaknya ke pre-school begitu mencapai usia 2 tahun.

Sharing pengalaman dan pendapat serta saran dari para Mommies dari berbagai penjuru dunia terbagi menjadi dua:

1. Agar Mommy bersabar menunggu sampai anak berusia 3 tahun, sampai jelas apakah anak memang mempunyai masalah dalam berbicara, baru memutuskan untuk memberikan speech therapy pada anak. Agar jangan buru-buru memberi label speech delay kepada anak, mengingat usianya yang masih di bawah 2 tahun, dan masih terbuka banyak kemungkinan bahwa sang anak tidak menderita speech delay.
2. Agar Mommy waspada akan kemungkinan speech delay pada sang anak dan segera mencari cara untuk mengatasi permasalahan ini sesegera mungkin. Masalah apapun perlu ditangani secara serius meskipun tetap dengan kepala dingin. Kalau memang memerlukan terapi,sebaiknya sesegera mungkin memberikan terapi kepada anak. Meskipun batas bagi pemberian diagnose speech delay pada anak adalah hingga berusia 5 tahun, namun bila sejak usia 2 tahun segera diterapi, akan lebih memudahkan anak dan terapisnya untuk mencari cara penanggulangan

BAGAIMANA CARA MENGETAHUI SPEECH DELAY PADA ANAK?

Dari sebuah artikel dari American Association of Family Physician yang dikirimkan oleh seorang Mommy, yang dapat dilihat aslinya pada
http://www.aafp.org/afp/990600ap/990600d.html/Speech,

Kita dapat melihat apakah anak kita sudah dapat melakukan hal-hal sbb:

1. Mengucapkan perulangan suku kata antara umur 12-15 bulan.
2. Mengerti kata-kata sederhana ( seperti “tidak” dan “stop”) setelah mencapai umur sekitar 18 bulan
3. Berbicara dengan kalimat pendek setelah mencapai umur sekitar 3 tahun.
4. Bercerita mengenai cerita sederhana saat berumur antara 4-5 tahun.

Penyebab timbulnya speech delay pada anak:

1. Kehilangan pendengaran
2. Kelambatan perkembangan anak
3. Mental Retardasi
4. Penyebab lainnya, a.l: bilingual (memakai 2 bahasa utama di dalam rumah), terlantar secara psikologis (anak tidak mendapatkan cukup waktu untuk berbicara dengan orang dewasa), anak kembar, autis (masalah pada otak), anak tidak mau berbicara, CP/cerebral palsy (kelainan dalam pergerakan tubuh karena kerusakan otak)

Dokter memeriksa kemampuan anak dalam berbicara dan juga memeriksa perkembangan mental anak. Anak juga akan mendapat tes pendengaran untuk memastikan apakah anak mempunyai masalah dengan pendengaran atau tidak. Menurut artikel ini, bila anak ternyata didiagnose dengan speech delay, dokter akan memberikan pengobatan disesuaikan dengan penyebabnya.Kadangkala ada anak yang tidak memerlukan pengobatan, karena beberapa anak hanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mulai berbicara.

Dokter akan menjelaskan penyebab dari speech delay anak, dan menjelaskan cara-cara pengobatan yang dapat memperbaikinya. Seorang speech dan language patologis akan membantu di dalam
perencanaan pengobatan. Ia juga dapat memperlihatkan cara bagaimana membuat anak berbicara lebih banyak dan lebih baik.

Ahli medis lain yang dapat membantu a.l:
audiologis (dokter pendengaran), psikolog (specialis dalam masalah sikap/behavior), okupasional therapis (akan mengajarkan cara mendengar dan membaca bibir ) dan pekerja sosial (membantu masalah keluarga). Dokter keluarga akan merefer kepada ahli yang diperlukan.

Diskusi kemudian berkembang kepada cara-cara menstimulasi anak agar lancar berbicara. Mommies yang menyumbangkan saran baik dari sudut psikologis, kedokteran, maupun sebagai orang tua dari
anak yang mempunyai masalah yang hampir serupa, menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Mengetahui apa itu speech delayed (SD) = bandingkan dengan tahapan perkembangan dari ahli (nanti akan dimuat di web infoterapi) atau bandingkan dgn anak seusianya.
2. SD bisa merupakan indikasi gangguan yang lebih serius: autism spectrum disorder (ASD), keterbelakangan mental, gangguan belajar, dsb. Tetapi bisa juga benar-benar cuma developmental delayed atau keterlambatan perkembangan anak.
3. Anak SD perlu STIMULASI. Stimulasi bisa diperoleh dari tempat terapi atau dilakukan di rumah. Lebih ideal lagi bila dilakukan keduanya. ENGAGEMENT (keterlibatan emosi, interaksi) adalah hal yang perlu dijalin pertama kali. (Berbeda dengan sistem terapi lama yang menekankan pada kepatuhan). Stimulasi di tempat terapi saja tidak cukup (2-3 jam seminggu). Namun, terapi di rumah saja juga ada kekurangannya orang tua perlu mengetahui cara-cara mendekati anak, materi kurikulum, sarana/alat terapi, dll. Idealnya kedua cara tersebut digabung. Orang tua harus hadir saat terapi (Singapura mewajibkan hadir oang tua saat terapi, tanpa kehadiran orang tua tak ada terapi).Terapi wicara sebenarnya adalah latihan oral motor (bibir, rahang, dsb) di Indonesia masih bercampur antara terapi wicara dengan isi ABA, dan terapi okupasi. Sehingga masih diperlukan supervisi dari
4. Berbicara tidak sama dengan komunikasi. Cobalah cek apakah anak dapat menceritakan kembali pengalaman yang dilaluinya. Apakah anak dapat mengerti bila dibacakan cerita dan dapat menceritakan kembali dengan bahasa yang sederhana? Bila anak dapat melakukan semua itu, berarti tidak ada masalah dalam pengertian dan kemampuan bicara anak.

orang ke tiga yang akan memantau kemajuan terapi.
ANAK BERBAKAT NAMUN MEMILIKI MASALAH BERBICARA ?

Satu hal yang menarik diutarakan oleh seorang Mommy yang mempunyai anak yang bermasalah dengan kemampuan berbicaranya, namun setelah ditelusuri ternyata sang anak tercinta memiliki intelejensia yang sangat tinggi. Menurut sang Mommy, sampai saat ini kajiannya belum ada, jadi anak- anak late talker yang ternyata kelaknya diperkirakan akan berkembang dan bicara tanpa bantuan terapi namun ternyata mengalami learning disabilities, tidak terlacak sejak awal. Banyak kasus saat ini, anak ternyata sudah cerewet tetapi jika diajak bicara sulit menjawab. Dalam pelajaran matematika baik, tetapi kesulitan dalam pelajaran bahasa. Dalam pelajaran dengan menggunakan analisis baik, tetapi sulit dalam pelajaran menghapal.

Kajian untuk kelompok anak seperti ini di Indonesia belum ada. Tapi kelompok pemerhatinya sudah banyak. Indonesia agak ketinggalan memang, sayang sekali. Padahal kelompok anak yang late
talker, semuanya oke termasuk inteligensianya, namun tetap termasuk juga sebagai kelompok anak berresiko. Resikonya (tergantung dari perkembangannya) adalah kelak akan mengalami learning
disabilities (gangguan belajar) perkembangan sosial khusus (lebih introvert), atau kesulitan lainnya selama di sekolah, kerja tim, dan bermain.

Keterlambatan bicara dengan inteligensia normal sampai tinggi, bisa ditelusuri dalam bahasan Centrum Auditory Processing Disorder (CAPD) bagian dari otologi-neurologi, ataupun THT. Di berbagai Universitas di Indonesia belum ada yang sanggup melakukan deteksinya. Karena CAPD ini juga mempunyai spektrum mulai dari ringan sampai berat. Tetapi penelitiannya di berbagai negara sudah mulai banyak, bahkan beberapa negara sudah punya pusat kajiannya. Bagaimana terapi dan stimulasinya juga sudah mulai banyak dibicarakan. Mailing listnya juga sudah mulai banyak.

Mommy dengan anak berbakat ini menyampaikan, bahwa anak tercintanya. sampai umur satu setengah tahun bisa berbicara banyak, bisa berhitung, bisa bernyanyi macam-macam… namun lama-lama bukannya malah berkembang tapi malah mundur, baru berbicara lagi mulai umur 3 dan baru bisa berkomunikasi dua arah umur 5 tahun. Pernah mengikuti speech terapi mulai umur 5,5 selama dua tahun. Sekalipun bisa komunikasi tapi toh ada gangguan dalam kemampuan ekspresi verbalnya.

Di dalam kelompok seperti anak berbakat ini banyak yang harus menerima speech terapy, dan mengalami gangguan belajar yang disebabkan karena kemampuan pengertian bacaan tidak memadai.Meskipun mempunyai inteligensia normal sampai tinggi, tetapi mengalami kelainan perkembangan komunikasi (communication development disorder) . Penyebabnya bukan karena kurang stimulasi lingkungan, bukan karena pendengaran terganggu, bukan karena oral motornya terganggu, tetapi gangguan proses informasi di bagian otak yang mengatur pengolahan informasi dan bentuk gangguan komunikasi ekspresif.

Berbicara dalam Kongres autisme yang diadakan oleh IDAI/IDAJI/PERDOSI dua tahun lalu , sang Mommy melakukan pertemuan- pertemuan dengan para orang tua late talker. Ada 4 (empat) anak anak
yang semula mulai bicara tetapi ternyata perkembangannya tidak ada. Mereka didiagnosa dengan autisme. Ternyata waktu di atas umur 5 tahun mereka keluar dari kriteria autisme, tetapi tetap tidak bisa bicara. Mereka dinyatakan Afasia (tidak bisa bicara) dan kemampuan bicaranya sulit sekali, kosa kata tidak berkembang, cenderung jika dalam bahasa Indonesianya dikategorikan sebagai gagu.

Karena perkembangan seorang anak sulit kita ramal kedepannya. Saran dari Mommy ini adalah untuk selalu siap memperhatikan, siap mendukung dan menstimulasi diri anak agar perkembangannya tidak melenceng jauh. Ada anak yang mempunyai perkembangan diri yang lambat, ada yang normal, ada justru sangat cepat. Ada yang simultan secara harmonis berkembang secara bersamaan, ada yang
satu aspek perkembangan maju cepat tetapi aspek lain tertinggal.

Sumber: balita-anda
-----------------------

Nah.
Sejarah marvel sih kayaknya agak beda.
Lahir dengan berat 1,7kg di usia kandungan 7bulan 1 minggu.
3 minggu lebih di ICU sebagian besar dengan pemasangan ventilator dan sebagian lagi dengan oksigen yang cukup banyak, cukup untuk dokter memberitahu keluarga bahwa ada kemungkinan mata si baby bisa rusak bahkan buta nantinya.
Kesehatan dipantau dengan ketat di bulan-bulan awal kepulangannya ke rumah.
Maju 'ngesot' lebih dulu kemudian belajar berdiri, baru belajar merangkak, dan terakhir belajar duduk.
Bener perkembangannya banyak yang terbalik dari para baby pada umumnya.
Tapi secara keseluruhan, bagus.
Mata sempat bermasalah sebentar, dan sembuh dengan sendirinya, kekhawatiran kita tentang mata juling maupun buta sudah hilang.
Masalah autis dan hiperaktif tidak terbukti secara feeling dan medis. Bagus.
Semua perintah dia mengerti, dan ingatan akan simbol maupun tempat cukup kuat.
Kemampuan meniru apa yang dilihat juga cepat (terakhir niruin orang ngerokok yang cukup bikin mamanya marah besar).
Kemampuan memanipulasi orang lain yang 'lemah hatinya' juga sangat diancungin jempol. (speechless)
Juga kemampuan 'meminta' apa yang dia mau, kalau perlu memaksa dengan aksi-aksi yang jelas sudah terbukti manjur.
Dan kemampuan berinisiatif yang cukup baik dia punya. (ya, si mama bilang sakit perut, dianya langsung dorong kursi, naik, meraih minyak kayu putih di atas kulkas, turun, buka tutupnya dengan sekuat tenaga, usapin ke tangan, usapin ke perut mamanya, tutup botolnya, naik kursi, taruh balik di tempat semula, turun dan mengembalikan kursi ke tempatnya. So sweet)

Gak, anak saya 100% gak idiot.

Jadi, kenapa belum lancar bicaranya?
Jangan langsung bilang kesalahan terletak di orang tuanya.
Dokter anak menyatakan pita suara dan syaraf normal, plus anaknya MALES BICARA.
Dokter perkembangan anak bilang kemampuan mengerti perintah orang lain dia bisa.
Sekarang masih tahap TES IQ buat perbandingan tertulisnya.
Baru nanti dilanjutkan ke tahap yang sekiranya perlu untuk selanjutnya.
Yah
Kita aja belajar sabar (dan itu sangat tidak gampang, terlebih untuk seorang pesimis seperti saya).
Kenapa lainnya gak sabaran?

Sabar ya.. :)

Tidak ada komentar: